Tanggal 2 Mei
diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional atau lebih sering disebut
Hardiknas. Mengapa tanggal 2 Mei? Mengapa tidak tanggal yang lain? Sebagai
pecinta sejarah pasti tau jawabannya. Ya! Hari lahirnya Bapak Pendidikan kita.
Ki Hajar Dewantara. Beliau lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889. Dengan
perjuangannya yang luar biasa, berani menentang aturan ordinansi sekolah liar
pada masa kolonial Belanda di Hindia-Belanda.
Ki Hajar Dewantara
(Sumber foto: https://edukasi.kompas.com/read/2017/05/02/13433871/siapa.dan.apa.ajaran.ki.hadjar.dewantara.)
Pemerintah
Belanda mengeluarkan aturan ordonansi pengawasan sekolah partikelir (swasta).
Akan tetapi, aturan ini tidak memenuhi harapan pemerintah dalam menuntaskan
masalah sekolah liar sehingga pemerintah Belanda mengeluarkan aturan yang lebih
menekan sekolah liar dengan Wildeschoolen Ordonantie (Ordonasi Sekolah Liar)
yang diberlakukan pada tahun 1932. Ordonansi tersebut berisi aturan bahwa
Sekolah maupun guru yang mengajar harus mendapatkan ijin dari pemerintah
Belanda. Jika tidak, maka akan mendappat sangsi hukuman penjara maupun denda.
Sekolah Liar
adalah sebuah ancaman bagi keberlangsungan kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda.
Tentu karena pengajaran yang diberikan menumbuhkan nasionalisme Bangsa
Hindia-Belanda, bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Adanya
nasionalisme ini menyulut semangat kebangsaan Hindia-Belanda (Indonesia), bahwa
kita adalah bumiputera, tuan dari tanah kita sendiri. Berbeda dengan sekolah
buatan Belanda maupun dengan adanya ijin Belanda, pembelajaran yang diberikan
lebih kebelandaan. Ini untuk menciptakan rasa cinta terhadap negeri penjajah.
Selain itu, yang diperbolehkan sekolah hanya priyayi dari bumiputera, sedangkan
rakyat jelata dilarang bersekolah. Keadaan ini ditambah pula dengan menjamurnya
Sekolah Liar membuat rakyat bumiputera tertarik bersekolah di sini. Belum lagi
saat dampak Perang Dunia I sampai ke Hindia-Belanda, biaya pendidikan semakin
tinggi, sehingga semakin banyak bumiputera bersekolah di Sekolah Liar. Ini
salah satu alasan pemerintah Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar,
supaya pemerintah Belanda di Hindia-Belanda lebih kondusif dalam artian
Hindia-Belanda tetap kebelandaan.
Adanya aturan
ini, tidak membuat perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan
Bumiputera berhenti. Ki Hajar Dewantara bahkan terang-terangan tidak gentar
pada sangsi maupun ancaman dari Belanda. Dia dengan pejuang lainnya tetap
konsisten membangun sekolah-sekolah liar untuk kemajuan pendidikan bumiputera.
Kecintaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia pun lahir dari kelas-kelas kecil
sekolah liar ini.
Tanggal 2 Mei
adalah peringatan bahwa pendidikan Indonesia penuh perjuangan. Ini salah satu
tanggal untuk memperingatinya. Banyak pula pejuang-pejuang lain yang sama
gigihnya dengan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan negeri kita.
Perjuanganpun belum berakhir, adanya guru-guru kita sekarang adalah estafet
perjuangan bapak negara kita yang kemudian diberikan kepada putra-putri
didiknya.
(Puisi untuk Guru)
Hari ini adalah tahun keempatku
merayakan Hari Pendidikan Nasional. Saat upacara, ada persembahan dari
siswa-siswi kepada guru maupun staf sekolah. Persembahan itu adalah gulungan kertas
berpita berisi puisi karya mereka. Setiap kertas berisi puisi karya siswa-siswi
yang berbeda-beda. Aku pun tersentuh membaca karya-nya. Sekses untuk kalian dan semua. Do'a Ibu ada untuk kalian.
Berikut adalah dua
gulungan kertas untukku. Puisi dari Ayu dan Nanda.
Pahlawan Pendidikan
Oleh Ayu Pratiwi Saleh
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa,
gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa
kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga
kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi
mimpi
Itu karena kau yangmengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus di
baca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa
memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita
bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan
mungkin
Hanya ucapan terakhir dari
mulutku
Di hari Pendidikan Nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
Wahai pejuang pendidikan
Indonesia
Puisi Guru—Dari Muridmu
Oleh Nanda Insadani
Tergurat di hatiku celoteh
yang membosakan
Perihal disiplin, tertin,
kesopanan
Demi kami dan untuk kami
Dengan harapan kelak kami menerti
Risau melanda bila kau ada
Bahagia seisi hati bila kau tak
di sisi
Pikiran kami terbalik sejak
mengenalmu
Sebab kami telah meremehkan ilmu
Mari, lumat habis kebodohan ini
Gengam erat sekarung ilmu yang
ingin kau beri
Lalu taburkan di lahan jiwa kami!
Tak lupa, sirami kami dengan
pancuran kasih dan hati
Barangkali, dokter, menteri, dan
polisi
Itulah buah ajarmu yang kau nanti
Jangan sungkan bila engkau mau
mengajarkan
Sungguh, cukup ilmu sejati dan
akhlak terpuji ; untuk kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar