Selasa, 01 Mei 2018

Sejarah dan Puisi untuk Guru di Hari Pendidikan Nasional



Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional atau lebih sering disebut Hardiknas. Mengapa tanggal 2 Mei? Mengapa tidak tanggal yang lain? Sebagai pecinta sejarah pasti tau jawabannya. Ya! Hari lahirnya Bapak Pendidikan kita. Ki Hajar Dewantara. Beliau lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889. Dengan perjuangannya yang luar biasa, berani menentang aturan ordinansi sekolah liar pada masa kolonial Belanda di Hindia-Belanda.



                                                    
                                                  Ki Hajar Dewantara

(Sumber foto: https://edukasi.kompas.com/read/2017/05/02/13433871/siapa.dan.apa.ajaran.ki.hadjar.dewantara.)

Pemerintah Belanda mengeluarkan aturan ordonansi pengawasan sekolah partikelir (swasta). Akan tetapi, aturan ini tidak memenuhi harapan pemerintah dalam menuntaskan masalah sekolah liar sehingga pemerintah Belanda mengeluarkan aturan yang lebih menekan sekolah liar dengan Wildeschoolen Ordonantie (Ordonasi Sekolah Liar) yang diberlakukan pada tahun 1932. Ordonansi tersebut berisi aturan bahwa Sekolah maupun guru yang mengajar harus mendapatkan ijin dari pemerintah Belanda. Jika tidak, maka akan mendappat sangsi hukuman penjara maupun denda. 

Sekolah Liar adalah sebuah ancaman bagi keberlangsungan kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda. Tentu karena pengajaran yang diberikan menumbuhkan nasionalisme Bangsa Hindia-Belanda, bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Adanya nasionalisme ini menyulut semangat kebangsaan Hindia-Belanda (Indonesia), bahwa kita adalah bumiputera, tuan dari tanah kita sendiri. Berbeda dengan sekolah buatan Belanda maupun dengan adanya ijin Belanda, pembelajaran yang diberikan lebih kebelandaan. Ini untuk menciptakan rasa cinta terhadap negeri penjajah. Selain itu, yang diperbolehkan sekolah hanya priyayi dari bumiputera, sedangkan rakyat jelata dilarang bersekolah. Keadaan ini ditambah pula dengan menjamurnya Sekolah Liar membuat rakyat bumiputera tertarik bersekolah di sini. Belum lagi saat dampak Perang Dunia I sampai ke Hindia-Belanda, biaya pendidikan semakin tinggi, sehingga semakin banyak bumiputera bersekolah di Sekolah Liar. Ini salah satu alasan pemerintah Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar, supaya pemerintah Belanda di Hindia-Belanda lebih kondusif dalam artian Hindia-Belanda tetap kebelandaan.

Adanya aturan ini, tidak membuat perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan Bumiputera berhenti. Ki Hajar Dewantara bahkan terang-terangan tidak gentar pada sangsi maupun ancaman dari Belanda. Dia dengan pejuang lainnya tetap konsisten membangun sekolah-sekolah liar untuk kemajuan pendidikan bumiputera. Kecintaan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia pun lahir dari kelas-kelas kecil sekolah liar ini.

Tanggal 2 Mei adalah peringatan bahwa pendidikan Indonesia penuh perjuangan. Ini salah satu tanggal untuk memperingatinya. Banyak pula pejuang-pejuang lain yang sama gigihnya dengan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan negeri kita. Perjuanganpun belum berakhir, adanya guru-guru kita sekarang adalah estafet perjuangan bapak negara kita yang kemudian diberikan kepada putra-putri didiknya.

(Puisi untuk Guru)


Hari ini adalah tahun keempatku merayakan Hari Pendidikan Nasional. Saat upacara, ada persembahan dari siswa-siswi kepada guru maupun staf sekolah. Persembahan itu adalah gulungan kertas berpita berisi puisi karya mereka. Setiap kertas berisi puisi karya siswa-siswi yang berbeda-beda. Aku pun tersentuh membaca karya-nya. Sekses untuk kalian dan semua. Do'a Ibu ada untuk kalian.

Berikut adalah dua gulungan kertas untukku. Puisi dari Ayu dan Nanda.



Pahlawan Pendidikan

Oleh Ayu Pratiwi Saleh



Jika dunia kami yang dulu kosong

tak pernah kau isi

Mungkin hanya ada warna hampa, gelap

tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana

Tapi kini dunia kami penuh warna



Dengan goresan garis-garis, juga kata

Yang dulu hanya jadi mimpi

Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi

Itu karena kau yangmengajarkan

Tentang mana warna yang indah

Tentang garis yang harus dilukis

Juga tentang kata yang harus di baca



Terimakasih guruku dari hatiku

Untuk semua pejuang pendidikan

Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa

Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah



Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin

Hanya ucapan terakhir dari mulutku

Di hari Pendidikan Nasional ini

Gempitakanlah selalu jiwamu

Wahai pejuang pendidikan Indonesia





Puisi Guru—Dari Muridmu
Oleh Nanda Insadani


Tergurat di hatiku celoteh

yang membosakan

Perihal disiplin, tertin, kesopanan

Demi kami dan untuk kami

Dengan harapan kelak kami menerti



Risau melanda bila kau ada

Bahagia seisi hati bila kau tak di sisi

Pikiran kami terbalik sejak mengenalmu

Sebab kami telah meremehkan ilmu



Mari, lumat habis kebodohan ini

Gengam erat sekarung ilmu yang ingin kau beri

Lalu taburkan di lahan jiwa kami!

Tak lupa, sirami kami dengan pancuran kasih dan hati



Barangkali, dokter, menteri, dan polisi

Itulah buah ajarmu yang kau nanti

Jangan sungkan bila engkau mau mengajarkan

Sungguh, cukup ilmu sejati dan akhlak terpuji ; untuk kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar