Senin, 30 April 2018

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Sejarah (Kurikulum Pendidikan Sejarah) sebagai Tantangan dan Peluang

Written by: Tiur Nurmayany Raharjo

      Akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi pembicaraan hangat dalam pendidikan Indonesia. Padahal pendidikan karakter sudah ada sejak dulu dimana dalam pengajaran mata pelajaran sejarah di sekolah akan menyisipkan pendidikan karakter dari apa yang dipelajari dalam materi yang disampaikan walaupun ini dilakukan secara tersirat oleh masing-masing guru. Akan tetapi tidak semua guru menyampaikan pendidikan karakter kepada siswanya dan lebih memfokuskan pengajaran terhadap materi mata pelajaran yang disampaikan.

(Potret active learning SD Alfa Centauri Bandung)

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Sejarah (Kurikulum Pendidikan Sejarah) sebagai Tantangan dan Peluang
Seiring perkembangan, mata pelajaran sejarah diabaikan karena dianggap tidak penting. Penyebabnya adalah kebijakan pemerintah atau guru sejarah itu sendiri yang menyampaikan materi sejarah berfokus pada tempat, tahun, dan nama tokoh yang membuat pelajaran sejarah menjadi membosankan. Sehingga sejarah menuntut siswa untuk menghafal peristiwa sejarah. Tentu ini adalah pemikiran yang salah. Pendidikan sejarah tidak hanya mempelajari tempat, tahun, dan nama tokoh sejarah tetapi siswa akan mendapatkan nilai baik dan buruk dari peristiwa sejarah tersebut dan menjadi pembelajaran bagi hidupnya. Karena fenomena sejarah pasti berulang sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dalam hidupnya dengan baik dan itu bermula dari belajar sejarah.

            Akibatnya, tidak mengherankan jika bangsa Indonesia tidak tahu sejarah bangsanya. Sehingga banyak orang Indonesia yang pintar akan tetapi ilmunya tidak diabdikan untuk kemajuan bangsa dan negara. Contohnya saja kasus korupsi, orang-orang yang korupsi adalah orang yang pintar dan cerdas maka mereka mendapat posisi penting dalam pemerintahan. Tentu mereka mengetahui korupsi itu adalah perbuatan kriminal dan merugikan banyak pihak akan tetapi orang yang korupsi bukan terletak karena bisa dan tidak bisa, tetapi adalah karena watak atau karakter. Orang yang sudah memiliki karakter buruk, maka akan mudah saja melakukan keburukan itu (Suprayogo, Imam; 2010). Apalagi yang sedang marak digandrungi oleh kaum muda Indonesia adalah pengaruh dari K-Pop (Korea Pop) membuat banyaknya minat meniru boy band dan girl band K-Pop tersebut dan membuat produksi musik Indonesia banyak mengeluarkan boy band dan girl band meniru K-Pop. Ini membuktikan rapuhnya jati diri kaum muda saat ini.

Selain itu, masih banyak kasus-kasus lainnya seperti masalah hancurnya nilai-nilai moral, kekerasan, terorisme, ketidakadilan, terkikisnya rasa solidaritas, krisis kepemimpinan, dan sebagainya. Apalagi dengan pengaruh dari globalisasi membuat bangsa Indonesia terkikis akan nilai budaya asli dan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Solusi cepat terhadap masalah-masalah tersebut adalah dengan Pendidikan Karakter yang menyediakan solusi jangka panjang.

            Pemerintah telah mencanangkan Pendidikan Karakter guna mengembangkan pendidikan karakter bangsa di satuan pendidikan. Sekolah memasukkannya sebagai bagian dari kurikulum dan mengitegrasikannya ke dalam semua mata pelajaran serta dilaksanakan melalui proses pembelajaran secara aktif. Kemudian nilai-nilai yang dikembangkan terintegrasi ke dalam silabus dan rencana program pembelajaran (RPP) yang sudah ada, Kemendiknas, 2010 : 11 – 22 (Turumuzi, Ahmad; 2011). Ini merupakan perhatian serius dari pemerintah bahwa guru diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik siswanya. Dengan pendidikan karakter, guru mengutamakan pengembangan dan peningkatan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian dalam diri seseorang. Sehingga pendidikan tidak hanya mengembangkan kognitif siswa tetapi harus diimbangi dengan afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, guru sejarah wajiblah menerapkan pendidikan karakter dalam pengajaran di kelas, tidak lagi hanya mengajarkan sejarah secara faktual tatapi juga values yang terdapat dalam peristiwa sejarah. Contohnya dalam materi prinsip ilmu dasar sejarah atau metode sejarah, guru tidak hanya menjelaskan mengenai heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dengan materi ini, guru dapat mengembangkan karakter jujur, rasa ingin tahu, kerja keras, gemar membaca, dan sebagainya. Sehingga siswa akan menjadi lebih kritis, berhati-hati, dan tidak mudah percaya dengan data atau kabar yang mereka dapatkan.

Ini adalah tantangan bagi guru sejarah untuk dapat mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pengajaran sejarah di kelas dengan karakter siswa yang berbeda-beda. Sehingga dapat menciptakan penerus bangsa yang peduli akan kemajuan bangsanya, seperti yang tertera dalam tujuan pendidikan karakter (religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab). Apalagi dengan dikuranginya jam pelajaran sejarah, guru yang kreatif tidak akan menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak melaksanakan pendidikan karakter. Selain itu pendidikan karakter merupakan peluang untuk memajukan bangsa, tidak hanya menjadikan bangsa yang cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter Indonesia.

Sumber:
Suprayogo, Imam . (2010). Sejarah dan Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://rektor.uin-malang.ac.id/index.php/artikel/1519-sejarah-dan-pendidikan-karakter.html ( 28 Oktober 2011)
Turumuzi, Ahmad. (2011). Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Implikasinya dalam Dunia Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial/ (28 Oktober 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar