Minggu, 06 Maret 2022

Review Buku: Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire

 

Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire

Penulis: Mi'raj Dodi Kurniawan

ISBN 978-623-6709-12-2

 

Hallo reader! Kali ini saya akan mengulas buku Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire karya Mi'raj Dodi Kurniawan. Btw, Bapak Mi’raj ini adalah senior saya di Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia. Belum pernah bertemu sih, karena memang rentang angkatan yang cukup jauh. Dari profil Kang Mi’raj memiliki pengalaman menulis yang mumpuni. Ia rajin menulis essai diberbagai media cetak. Jadi, pantas saja isi buku ini tulisannya sangat tersistematis dan mengalir dengan mudah dipahami. Buku ini adalah karya ilmiah Kang Mi’raj selama berkuliah di UPI. Ia kemudian mempublikasikan karya nya menjadi sebuah buku agar dapat bermanfaat bagi publik. Benar Kang! Buku karya akang ini menginspirasi saya dan menampar saya sebagai seorang guru agar tidak menjadi guru penindas. Loh mengapa? Yuk simak ulasannya!

 



Buku ini berisi mengenai pemikiran Pendidikan yang dirancang oleh Paulo Freire. Ia merupakan salah satu pelopor critical pedagogy yang berpengaruh dalam bidang Pendidikan. Istilah yang popular dari pemikiran ini adalah ‘pemikiran kaum tertindas’ (pedagogy of the oppressed). Pemikirannya tentu lahir karena adanya pengalaman yang ia alami selama hidupnya. Dalam buku ini dijelaskan mengenai rekam jejak Paulo Freire di bab 4. Ia lahir tanggal 19 September 1921 di Brazil, tepatnya di Kota Recife yang merupakan salah satu kota termiskin dan terbelakang di Brazil. Ia termasuk kelas ekonomi menengah tetapi keluarganya mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan ini diakibatkan krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Isi buku ini kemudian menjelaskan bahwa krisis di Amerika Serikat (negara sentral) mempengaruhi negara-negara satelitnya, salah satunya Brazil. Ini dipicu dengan Teori Dependensi (Theotonio Dos Santos). Teori ini menyatakan bahwa kondisi ekonomi negara-negara satelit dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi perekonomian negara-negara sentral. Jadi, kondisi perekonomian keluarga Paulo Freire yang menurun drastic, bisa dikatakan miskin. Serta keadaan negara Brazil yang mengalami krisis ekonomi yang dipengaruhi oleh krisis di Amerika Serikat membuat Paulo Freire ingin mengubah keadaan masyarakat, khususnya di bidang Pendidikan orang dewasa atau andragogi. Mengapa demikian? Karena Pendidikan memiliki peranan dasar untuk mengubah kehidupan individu maupun bangsa.

Mengapa fokus di andragogi?

Ini berkaitan dengan keadaan politik Brazil di awal tahun 1960-an. Saat itu terjadi gejolak politik karena banyak golongan yang mementingkan tujuan politiknya sendiri, baik golongan sosialis dan komunis, populis, mahasiswa, pimpinan buruh, dan militant katolik. Brazil saat itu akan mengadakan pemilu sedangkan syarat warga negara yang memiliki hak memilih adalah individu yang mampu membaca dan menulis. Namun, dari 34,5 juta jiwa, 19 juta jiwa buta aksara! Sehingga hak mereka untuk menentukan nasib bangsa dan negaranya hilang begitu saja. Tentu keadaan ini harus di ubah.

Paulo Freire kemudian menjadi Direktur Pusat Pengembangan Sosial kemudian lembaga ini melaksanakan program melek huruf. Program ini berhasil! Paulo Freire tidak berhenti di sini. Menurutnya, kemampuan baca dan menulis hanya sebagai pematik munculnya kesadaran politik masyarakat. Akan tetapi, keadaan politik yang tidak stabil, kelompok militer menguasai Brazil dan membuat Paulo Freire di penjara. Program membaca menulis itu pun akhirnya terputus.

Paulo Freire kemudian keluar dari penjaea dan dibuang ke Chili. Di Chili pun ia bergerak dalam bidang Pendidikan. Ia justru mendapatkan tempat dan diterima di Chili. Ia mengembangkan program yang pernah ia lakukan di Brazil sampai akhirnya ia diapresiasi UNESCO dan menjadi dosen tamu diberbagai universitas di dunia.

 

Lalu, apa saja isi pemikiran Pendidikan Kaum Tertindas dari Paulo Freire?

Pemikiran Paulo Freire bermuara pada Falsafah Humanisme Klasik. Falsafah ini dibagun oleh lima hal, yaitu personalisme, eksistensialisme, fenomenologi, Marxisme, dan Kristianitas.

Apa itu Humanisme Klasik?

Kalian tentu mengetahui masa Renaissans di Eropa, kan? Ya, sebelumnya penduduk di Eropa mengalami masa kegelapan (dark age) dimana kehidupan mengalami penurunan drastic dan didominasi oleh golongan gereja. Kemudian, munculah Gerakan untuk mengikis pengaruh gereja dan lebih menghargai peranan ilmu pengetahuan serta mengembangkan kembali warisan budaya Yunani dan Romawi. Dengan demikian, renaissans ini tidak sekedar zaman pencerahan tetapi juga gerakan kebudayaan. Dengan demikian, orang-orang Eropa mengalami perubahan dalam hidupnya yang semakin maju di berbagai aspek. Maka, aktor utama yang mengubah keadaan bukan lingkungan atau alam tetapi manusia itu sendiri. Dalam konteks Pendidikan, manusia yang dimaksud adalah peserta didik. Perserta didik tidak hanya berperan sebagai pengubah keadaan di lingkungannya, tetapi juga berperan dalam mengubah keadaan yang ada pada dirinya.

Sedangakan Humanisme Klasik ini dibangun dari 5 hal, yaitu:

1.      Personalisme

Berpendirian bahwa martabat pribadi manusia dinilai dari norma dasar etika. Dalam pemikiran Paulo Freire, kehormatan martabat setiap individu adalah bernilai absolut. Setiap individu memiliki persona (probadi) yang tunggal dan terbuka terhadap pribadi-pribadi lain yang bersifat terbuka. Ini berkaitan dengan pemikiran Immanuel Kant, jadi, menghormati dan mencintai sesame manusia sebagai konkretisasi imperative moral.

 

2.      Eksistensialisme

Manusia adalah makhluk bereksistensi. Dalam buku ini dijelaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab dalam memberikan makna terhadap hidup dan kehidupan sekaligus menghidupi makna yang diraihnya secara jujur dan bergairah. Dengan demikian, pendidikan menjadikan setiap individu dapat bereksistensi dan mengupayakan melenyapkan tekanan yang mampu menahan eksistensi ini.

 

3.      Fenomenologi

Fenomenologi adalah ilmu yang membahas hal-hal yang tampak dan dirasakan oleh indra. Konteks fenomenologi dalam pemikiran Paulo Freire adalah fenomena tertindas yang dirasakan masyarakat memunculkan usaha untuk melenyapkan fenomena penindasan tersebut.

 

4.      Marxisme

Marxisme lahir dari protes terhadap kapitalisme. Menurutnya, penindasan tidak muncul begitu saja tetapi lahir dari struktud dan kultur yang buruk, yang dimaksud adalah system kapitalisme ini. Oelh karena itu, pendidikan bertujuan menyejahterakan dan membebaskan manusia. Pemikiran Paulo Freire ini lebih merujuk pada Marxisme.

 

5.      Kristianitas

Paulo Freire yang berpandangan marxis namun ia katolik yang taat. Walaupun demikian, ia pernah menjauh dari gereja. Ketika ia mendengar khutbah kritis dari pemuka agama katolik, ia kembali ke gereja, Ia berpandangan bahwa agama sebagai ajaran perlawanan dan kekuatan pengubah kekuatan. Perlu kita ketahui bahwa Gereja Katolik merupakan gereja terbesar. Dengan peranan dan besarnya gereja katolik ini, Paulo Freire mendapat dukungan dari gereja katolik dan menjalankan model pendidikannya lebih luas lagi.

 

 

Itulah dasar pemikiran Pendidikan Kaum Tertindas Paulo Freire. Kata-kata yang meninspirasi untuk saya pribadi dalam buku ini adalah ‘manusia mengajar satu sama lain’. Seorang guru seperti saya terkadang sering merasa paling benar. Namun, alangkah baiknya memiliki rasa rendah hati karena peserta didik pun dapat mengajarkan kita hal yang ia ketahui, pahami, dan memberikan makna untuk saya sebagai guru. Saya pun tertampar dengan isi buku ini karena sebagai guru jangan sampai menindas peserta didik. Perlu dipahami dan diresapi bahwa peserta didik adalah manusia dengan warna yang beragam. Saya sebagai guru harus menghargai dan memahami keunikan peserta didik. Mereka adalah manusia yang memiliki perasaan, pemikiran, dan tujuan. Pembelajaran dapat dikembangkan lebih humanis dan komunikasi aktif agar dapat saling memahami dan mampu meningkatkan kompetensi mereka secara optimal dan menyenangkan.

 

 

Saran untuk buku ini.

Akan lebih dimengerti jika dijelaskan secara khusus sejarah Brazil di masa kehidupan Paulo Freire agar pembaca dari berbagai kalangan dapat lebih memahami keadaan Brazil yang mampu melahirkan pemikiran pendidikan dari Paulo Freire. Selain itu, dijelaskan pula lebih detail terakait mendidikan gaya bank untuk lebih dapat mendalami lagi isi pemikiran Paulo Freire yang kontras dengan pendidikan gaya bank ini. Selebihnya, isi buku ini sangat bagus! 1 sampai 10 saya beri 8.

Buku ini memberikan penjelasan istilah-istilah asing yang digunakan sehingga sangat membantu dalam pemahaman dan menambah kosa kata baru.

 

Sekian ulasan buku ini dari saya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

 

-Tiur Nurmayany Raharjo-

Cukup Sekedar Berdampingan

Dua insan yang berbeda, mengapa harus menjadi satu?

Bukankah akan lebih mudah jika hanya hidup berdampingan?

Untuk menjadi satu, perlu ada banyak persamaan.Sedangkan kita sangat paham bahwa setiap manusia memiliki keunikannya sendiri. Aku rasa, hidup berdampingan akan lebih indah. 

 

Hidup berdampingan dengan perbedaan tidak menjadi kendala dengan saling menghormati, menghargai, dan mencintai.